Tepatnya pada hari Kamis, 28 Agustus 2014 saat PIMNAS 27 berlangsung di Universitas Diponegoro. Loh, apa hubungannya dengan PIMNAS 27 yang diikuti oleh 2300 mahasiswa di seluruh Indonesia? Bagiku, ada :D
Tepat pada hari itu, mimpiku ingin menjadi kontingen PIMNAS Politeknik Negeri Semarang bermula.
Kejadian yang kualami hari itu tak akan terlupa. Kami berdua #eaaa. Jangan berfikir yang tidak-tidak ya hehe. Iya, berdua, aku dan sahabatku Pradipta ( sahabat yang pandai, juara 1 paralel se-SMK 1 Wonosobo, aku bersyukur dipertemukan dengannya.. upss back to story hehehe.. ) berniat untuk melihat-lihat pameran produk PIMNAS mahasiswa dari seluruh penjuru Nusantara. Saat itu kebetulan kami masih satu atap, sehingga mudah untuk kami berdua janjian pergi ke suatu tempat bahkan pergi ke suatu acara bersama-sama. Nah, kami berangkat dari kos sekitar pukul 15.45 WIB. Kami sebenarnya tidak tahu menahu dimana letak pameran produk PIMNAS berada. Alhasil, kami mencoba menanyakan letak gedung yang berisi pameran produk itu saat kita mulai memasuki kampus Undip.
Setelah mendapat petunjuk arah, motor kami melaju kembali, mencari gedung FPIK. Iya, didepan gedung FPIK persis sudah terlihat ada panggung. Memang, dijadwalkan hari ini adalah hari terakhir pentas seni. Sayang beribu sayang, panggung tersebut sudah lenggang dan akan bersiap untuk dikemasi. Begitu juga gedung pameran yang berada tak jauh dari situ, lenggang~
Kau tahu apa yang kami pikirkan tatkala itu? Tak karuan, sebal dan kecewa. Sudah menggebu-gebu ingin melihat kreasi produk anak-anak eh sudah tidak ada. Menyedihkan!
Okay.. kami mencoba menghibur diri. Kami berkeliling kampus, berharap masih ada bazar PIMNAS. And times flews.. Tibalah kami di depan halaman Fakultas Kebudayaan Undip. Alhamdulillah masih ada bazar. Kami tidak berniat membeli sesuatu dibazar tersebut. kami hanya mau “menghibur diri” karena gagal melihat produk PIMNAS.
Motor diparkir dekat pos satpam. Kami berjalan mulai dari ujung kanan bazar, karena dekat posisi parkir motor kami. Berjalan melihat-lihat dagangan orang-orang, pelan tapi pasti kami lama-kelamaan berjalan ke sebelah kanan bazar. Dikerumunan bazar kami sempat berpapasan dengan para peserta PIMNAS 27. Mereka mudah dikenali karena menggunakan tas punggung bertuliskan PIMNAS. Kisah perjuangan PIMNAS-ku pun berawal dari sini.
Kami berdua tiba-tiba nyeletuk, niat bergurau..
“Besok kita harus bisa pake tas itu!”
“Iya. Kita disini berasa peserta PIMNAS ya, ditawari souvenir-souvenir PIMNAS..”
“Hehehe, iya. Padahal kita juga bukan peserta PIMNAS.”
“Besok kita pasti bisa. Tahun depan, PIMNAS 28!”
“Aamiin”
Gurauan tersebut terdengar asyik. Entah terbawa angin langsung berlalu, atau bahkan masih menjadi kenangan sampai detik ini. Bagiku, ini sebuah takdir yang memotivasi perjalanan hidupku.
Kita lanjut lagi berjalan. Aku dan sahabatku tertarik melihat hasil kerjinan dari sulam. Memilih-memilih.. (biasa ya kalo perempuan lihat yang disukai bakal didatengin..) Aku pun ikut kepoin ibu penjualnya bhehehe.. namun, aku tak membelinya. Pradipta yang membelinya. Dia membeli 1 bros bunga tumpuk warna cream berpadu warna coklat tua. Dia berkata, dia akan membuat bros yang sama jika ia mempunyai waktu luang. Benar, memang dia jago membuat sulaman. Dia dapat membuat syal, topi, bros, dll. Recommended buat yang mau belajar sulam, bisa belajar bareng Pradipta J hehe.. Back to topic hehe
Kami tiba di suatu stand produk khas Semarang, saat kami lewat kami ditawari, “Mbak, ayoo dibeli.. ini oleh-oleh dari Jawa.. kaosnya, punnya boleeh..”
Mendengar itu, aku berbisik pada sahabatku..
“Yakali, kita juga sama orang jawa mas.. hehehe.. ”
Dipenghujung senja itu kami bahagia. Tertawa bersama, bercanda ringan yang membuat kami melupakan kekecewaan tak dapat melihat produk PIMNAS 27. Sore itu terbayar sudah dengan gurauan akan PIMNAS 28. Mimpi itu tetap aku simpan. Berawal dari sebuah tas punggung PIMNAS, tahun 2015 alhamdulillah Allah memberiku kesempatan menjadi pejuang PIMNAS 28 di Halu Oleo, Kendari – Sulawesi Tenggara.
Tunggu kelanjutan tulisan di “Sebuah Catatan Perjalanan PIMNAS 28 Halu Oleo, Kendari – Sulawesi Tenggara” yaa. Jazakumullah khoiron katsiron sudah menyimak ceritaku.. semoga dapat memberikan manfaat..
Semangat berkarya untuk bangsa!
Be agent of change.. spread positif impact.. from small thing.. from our self..
You can.. we can.. Bismillah! ^^9
Hearts,
Sarinta Fitriani
0 komentar:
Posting Komentar