Assalamu'alaykum
ukhtifillah!
Ketemu lagi nih di blog saya hehehe. Okaaaay, i want to tell
all of you about something.. Something learner in my life, that will be little
usefull for you guys, insyaAllah..
Okay,
let's begin..
Saya
termasuk mantan aktifis kampus hahaha.. Mantaaaaaaan.. Yah, dulu saya termasuk
KURA-KURA. Anak kuliah pasti ga asing sama istilah si kura-kura.. ya,
kuliah-rapat-kuliah-rapat. Duh, kalo keinget lagi kadang bikin
ketawa-ketawa sendiri "oooh, saya pernah kek merekaa -nunjuk aktifis
kampus yang getol rapat- hahaha". Mau-maunya ya saya kuliah habis itu
rapat bla bla bla, padahal setelah saya amat-amatin sekarang (saya hampir lulus
kuliah tahun ini, Aamiin) materi rapat dan pembahasannya ya hampir sama aja,
cuma formal aja namanya "rapat" rapat rapat rapaat.
Eh, sorry saya malah jadi bahas si kura-kura.. Kali ini saya bukan mau cerita
tentang si aktifis atau kura-kura. Okaay, dulu saat saya masih menjadi
Kura-Kura, saya mengikuti sedikit organisasi kemahasiswaan (KPR/Komisi
Pemilihan Raya, BEM, Rohis Kampus Jazirah, dan HIPMI PT Polines). Salah satu
organisasi ini, ada hubungannya dengan cerita kali ini. Alkisah, saya sudah
menjadi demis (mantan) organisasi KPR, saat inu saya menjabat sebagai
Koordinator Acara PEMIRA 2014. Nah, PEMIRA ini kegiatan tahunan kampus untuk
memilih calon-calon aktifis baru dikampusku, Polines. Ajang KPR memang melatih
bekerjasama dengan banyak organisasi dikampusku, karena sejatinya memang harus
ada dukungan dari organisasi/ukm dibawah BPM dan BEM untuk mensukseskan ajang
besar tersebut.
Hahaha,
jadi panjang kali lebar. Ehm, setelah saya jadi demis, tentu saya punya
regenerasi dong... Yang tua lengser, hahaha.. Ada KPR tahun 2015. Berita
bermula dari pertemanan antara demis dan adek tingkatku ini..
Tahunku ada 7 orang panitia inti, KPR. Begitu juga adek kelasku ada 7 orang..
Nah, tentu terjalin dong silaturahmi antara kakak demis tahun lalu dengan adek
tingkatnya, begitu juga dengan KPR tahun 2016, saat ini.. Alhamdulillah masih
aktif bersilaturahmi.. Sambil silaturahmi dan bernostalgia hehe..
Ada, seseorang yang spesial dari ketujuh adekku ini. Satu anak yang cukup
memiliki kemampuan diatas mahasiswa lain, dia pandai menari dan berbahasa
inggris.. tentunya ia pernah menjuarai beberapa kompetisi.. Saya menaruh
rasa simpatik kala itu, karena kepandaiannya.. Tahun bergulir, tibalah di tahun
2016, kisah ini bermula..
Throw back on February 29'th 2016 when i receive one message.. Ehm, handphone
saya berbunyi guys.. Klontong~ klontong~ hahaha, sorry suaranya memang agak
*alay* haha
You
know what the message?
"Mbak, ada uang 2 jt?"
"Mau
buat apa yadek?"
"Maaf
mbak, aku ga bisa cerita langsung."
"Ooh,
kamu harus cerita, gakpapa cerita aja ada apa?"
"Begini
mbak, masku habis kecelakaan dan butuh dioperasi lagi, aku bisa pinjem uangnya
mbak?"
Nah, sampai disini aku bertanya dengan 2 rekanku, bagaimana menurut mereka..
Mereka
menganggapi dengan serius, dengan beberapa pertimbangan-pertimbangan..
Akhirnya
diputuskanlah... meminjamkan uang tersebut dengan alasan "ingin
membantu" adek, adek kelas..
Siang berganti menjadi malam, adek kelas tersebut datang ke kos saya.. Panggil
saja si Mawar.. Saat Mawar datang, saya sedang menjemput rekan saya.. Saya
cetak surat perjanjian hutang piutang rangkap dua, saya siapkan materai..
Karena apa? Pinjam meminjam tersebut diatas 1 jt rupiah.. Prefentif banget ya?
Lebih baik daripada kuratif~
Mawar disambut oleh teman saya, sebut saja Melati.. Nah, Melati membukakan
pintu untuk mawar.. Sembari menunggu saya, wajah Mawar seperti ingin segera
buru-buru pergi kesuatu tempat..
Sebelumnya,
saya sudah cerita kepada Melati bahwa si Mawar akan datang.. Saat berbincang
bncang menunggu saya datang, Mawar tidak mau bercerita terbuka alasan dia
berkeinginan meminjam uang..
Namun,
Melati mendesak.. tetap saja Mawar tutup mulut..
Drama dimulai lagi saat saya dan rekan saya sampai dikos.. Dia mulai membuka
cerita dan mengutarakan alasannya meminjam uang.. ia berakting sampai ia
menanggis, but truly saya ga ikut nangis juga padahal duduk saya bersebelahan
dengannya.. Oh, hati saya ga tersentuh dengan tangisannya.. saya hanya membantu
menepuk-nepuk punggungnya..
Hanya Melati dan rekan saya yang sedikit mengamati dengan simpatik.. Setelah ia
usai menangis, saya menyodorkan surat perjanjian tersebut.. ditandatanganilah 2
rangkap surat tersebut beserta 2 saksi..
Okay,
saya lepas uang tersebut, dan saya suruh ia menghitungnya apakah sudah pas 2 jt
atau belum..
Dia
menimpali, "Sudah kok mbak"
"Mbak,
saya langsung pulang saja ya mbak."
Akhirnya, dia diantar oleh teman saya.. diantar~
Lima hari berlalu, jatuh tempo terlewat.. Satu bulan berlalu.. dan sampai
ditulis tulisan ini dia belum muncul untuk melunasi hutangnya..
Ternyata, disuatu hari saya bertemu dengan rekannya seorganisasi dulu, ternyata
sifat dia meminjam uang kepada teman seangkatan, adek kelas dia, dan kakak
tingkat sudah sejak lama dia lakukan.. Ada yang dikembalikan ada pula yang
belum dikembalikan.. Kebayang ga berapa banyak hutang yang kekumpul? Dia pinjam
hampir lebih 20 anak, itu yang saya tahu.. belum diluar sana yang saya belum
tahu, mungkin lebih dari 30 anak kalik yaa, supeeeeer!! Super ga punya malu,
hehehe
Cerita diatas baru sebagian kisahnya, dia memiliki prestasi lain selain pandai
berhutang..
Saya sekarang belajar, bagaimana pertemanan yang sehat dan tidak sehat..
Kisah
diatas bukan saya mau menjelekkan si Mawar, saya ingin mensharingkan kisah
untuk bahan pembelajaran saya sendiri..
Kita bisa belajar:
1. Bahwa hutang piutang merenggangkan silaturahmi
Banyak
mudorotnya daripada manfaatnya hutang piutang itu, temaan.. Silaturahmi kita
dengan teman jadi rengang.. Orang yang berhutang jadi umpet-umpetan sama
pemberi hutang..
2. Si pemberi hutang menjerumuskan dosa
Kok
bisa sih menjerumuskan dosa? Nah, coba baca hadits berikut..
“Barangsiapa
yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka
hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena
di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu
Majah no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih).
“Semua dosa
orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.” (HR. Muslim
no. 1886)
Jadi, untuk
menghindari hal tersebut,
1.
Pertama, dalam
ikatan pertemanan jangan libatkan keuangan. Keuangan
disini bisa, pinjam meminjam uang, dan masih banyak contoh lainnya..
2.
Kedua, cek
terlebih dahulu ke-validan alasan untuk meminjam uang,
apakah logis atau tidak logis. Agar tidak ada penyelewengan uang untuk
kebutuhan yang tidak penting, seperti hedonisme, lifestyle peng-hutang..
3.
Ketiga, menghindari
pinjam meminjam uang walaupun
sebenarnya kita memiliki uang lebih. Demi menjaga hubungan baik antara kedua
belah pihak.
4.
Keempat, sedekat apapun hubungan kecuali suami-istri, ayah-ibu (orangtua)
usahakan jangan pinjam meminjam uang, jika ingin bersedekah saja.. Anggap sebagai sedekah kepada orang lain, bukan hutang. Walaupun
nominal uangnya lebih kecil daripada yang diminta (dihutangi) tapi cari ini
lebih dianjurkan. Anggaplah sebagai sedekah, sehingga dikemudian hari tidak
usah mengharapkan uang tersebut kembali.
Setelah kejadian tersebut berlalu, ibu berpesan agar tidak meminjamkan uang kepada
siapapun. Beliau menganjurkan sedekah saja, daripada menyebutnya hutang. Karena
akan memberatkan penghutang nantinya. Dan saya membaca-baca hadits ternyata
memang perihal hutang piutang tidak sepele..
Yuk, mari sama-sma bermuhasabah dan sama-sama menghindari hutang piutang jika
tidak mampu untuk membayarnya.. Allah telah menyiapkan surga bagi mereka yang
terbebas dari hutang..
“Barangsiapa
yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong,
[2] ghulul (khianat), dan [3] hutang, maka dia akan masuk surga.” (HR. Ibnu
Majah no. 2412. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih).
Dan, percayalah
kebaikan akan dibalas dengan kebaikan..
Yang
jahat pasti ada didunia ini, karena kebaikan diciptakan Allah berjejer dengan
keburukan..
Dan
dunia adalah tempat bertemunya..
Selamat
berjuang menaiki bahtera dunia sebelum tutup usia kawan! Semoga kita semua
dipertemukan disurga-Nya kelak.. Aamiin
Semarang, 18 Mei 2016
Sarinta
Fitriani